Rabu, 15 Oktober 2014

Aku Tak Terkapar


Kukumpulkan ranting-ranting namamu
Yang berserakan di lantai masa lalu. Lalu,
Aku nyalakan api sebesar matahari,
Dan mengundang para pesakitan untuk melihat
Pembakaran sebuah nama yang pernah mendiami
Dada seorang penyair yang linglung, yang lupa
Jalan pulang “Apa kau sungguh-sungguh ingin
Membakar nama itu?” ucap sosok api

“Undanglah prajuritku, kalau kau
Secara mendadak, berganti pikiran” ujar air
Di lubuk malam itu

Aku tak terkapar, karena sebuah nama
Yang memandangi seluruh tubuhku dengan cinta
Yang menggusungku pada perjalanan semak belukar
Dan hari-hari yang terasa sesak karena sebuah omelan
Yang itu-itu juga.

2014

 *puisi saya ini dimuat di Koran Pikiran Rakyat 
edisi 12 Oktober 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar