Kamis, 21 April 2011

Tiba-tiba, Kuingat Tasik



Tasik yang jauh, kelokan-kelokan
Dan senja yang sederhana. Bukit-bukit
Seperti jejak yang samar bagi seorang penyair
Hujan tak turun hari ini di kotamu, juga anak-anak
Yang bermain di sawah. Hanya ada pemburu
Air wudhu. Hanya ada jejak waktu

Di balik awan kuamini nubuat ini
Perjalanan yang berkelok. Melawan angin
Dari timur. Menyaksikan gadis-gadis Priangan
Wajahnya yang coklat. Cara berjalannya
Serupa metafora yang tanggung

Tasik yang jauh, seratus talkin yang kutakbirkan
Di sela adzan yang menyelinap lewat lubang angin
Puisiku seperti deru. Barangkali aku tetap menunggu
Sebagai peniup kata-kata di kotamu. Yang kadang
Hadir bersama debu. Kadang juga menyamar
Sebagai bayang-bayang

2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar