Senin, 05 Juni 2017

Majalah Pusat Edisi 11

Majalah Pusat Edisi 11 (Memuat 5 Puisi Rendy Jean Satria)



Puisi Rendy Jean Satria

Setiap Kata

Di jagat raya yang tak terhingga
Berkilo-kilo beban sejarah, berkali-kali pena
Habis, tetumbuhan mati dan hidup
Bertahun-tahun kuhabiskan
Hanya dengan menghitung
Setiap kata yang keluar dari bibirmu

Berbatang-batang bintang
Telah kuserahkan. Beribu-ribu tahun
Yang akan tiba. Bermakmum-makmum
Kebahagiaan deret panjang antrian doa-doa
Seperti setiap kata yang keluar dari bibirmu

Bersungai-sungai kerisauan
Mengalir menuju laut
Bulan hanya bisa dipandang
Dari kejauhan. Seperti menunggu
Setiap kata yang keluar dari bibirmu





Sebelas Jam yang Lalu

  
Sebelas jam yang lalu
Ia datang, membawa sisa
Gerimis di kantong bajunya

Lengan yang dingin
Seperti sebuah isyarat
Tentang rasa dan putus asa
Paling akhir

Mungkin saja, ia akan
Menarik selimut tebal
Dan mendekap erat-erat
Kenangan-kenangan
Di jalan becek tadi

Tentu tak lupa, ia
Menutup segala suara
Yang datang padanya

Tak ada rindu hari ini
Mungkin juga lusa
Mungkin tak ada sama sekali

Sehelai rambut pacar
Yang  terselip di buku puisinya
ia letakan pelan-pelan
di sampingnya

Katanya,
Semua bakal berlalu


          
Di Jalan Nyengseret, Bandung


Perlahan kudatangi lagi jalan penuh lubang
Mengitari kata, membikin hidup tak bimbang
Angin malam tersungkur di antara gang-gang
Kecil. Penuh coretan tangan, lorong berlumut
Warna-warna perasaan, kuurai dalam lamun
Dan kita ada di dalamnya

Dengan apa lagi aku harus datang? Kalau
Bukan lewat puisi dan sujud yang dingin ini
Bahwa setiap sentuhan kita adalah kehendaknya
Bahkan mendung yang berkedip dari matamu
Mampu mematahkan ranting-ranting keresahan
Dalam dadaku

Dulu kesedihan jangka panjangku, sulit
Kuhancurkan, hari-hari sunyi merampas
Waktuku dengan ganas dan dalam kesendirian
Kuhirup wangi asmara di sini, menyelinap
Diseluruh darahku



Sembahyang



Macapat-macapat telah berubah menjadi gema
Dan sepasang tebing di hadapanku meleleh
Kupersembahkan segala mawar-mawar kesunyian
Sebelum aku mengenal angin dan waktu
Kelahiran demi kelahiran menetes dari langit
Arca-arca kulebur menjadi abu, patung-patung
Telah dijilati air liur gaib, kaligrafi-kaligrafi telah
Kucoret dengan sebongkah arang. Sujud-sujud
Atau rukuk- rukuk sama saja. Sembahyangku
Hanya sampai pada pertengahan
Sedangkan pertempuran terus berlangsung

Aku telah lama jatuh hati pada lekuk barat
Tikungan angan-angan dan di situ pusat
Seperti payudara matahari. Bianglala maut
Semakin lama, semakin kemari, seperti
Pemabuk yang teler di gang-gang sempit
Kamar-kamar sutra bertembokan pelangi
Ruang-ruang menjadi sempit karena airmata
Samar-samar masih kudalami kitab suci
Hatiku ditumbuhi bintang-bintang asing
Sajadahku tertutupi duri dan debu

               
Nubuat Kebahagiaan


Daun-daun telah dimatangkan waktu
Di antara kubah masjid, jalan bebatuan, pohon tua
Barisan kata-kataku seperti makmum kepadamu
Ketika setiap perumpamaan berubah menjadi petunjuk
Yang tak bisa kupahami sebagai peta atau panggilan
Di mataku terbentanglah mega-mega yang berlayar
Lagi-lagi aku merasa ruang bukan lagi ruang

Wajahku telah lama dialiri sungai airmata
Yang lebih asin dari kemegahan lautan dan terlihat
Sebagai fatamorgana yang melepaskan kefanaan
Dari kejauhan, Sa’di, Anwari, Firdausi memanggil-
Manggil gerhana keheningan, ketika Syams Tabriz
Telah mendirikan kemahnya di ujung timur
Dan Khaqani telah menguraikan rahasia-rahasia
Cahaya batin  dengan sekuntum diwan
Laut zamzam telah diminum habis 
Dan gunung-gunung telah ditundukan Al-Bushiri

Aku menerima rerentuhan bintang- bintang
Dari nubuat-nubuat para kekasih masa lalu
Yang kujadikan sajadah pertaubatan yang sunyi
Sampai jarak langit dan bumi, terlalu dekat dari
Pandanganku, sampai sujudku tak lagi bisa dibilang
Sebagai penghilang rasa haus bertahun-tahun

Puisi adalah jembatan terakhir
Bagiku untuk menemuimu secara diam-diam
Melemparkan kerinduan, juga kasih sayang
Karena kau adalah permulaan dari kebahagiaan
Selagi bulan dan matahari
Masih bisa dijadikan rumah doa-doaku



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar