Minggu, 24 November 2013

Seperti Jarum Jam

Kaligrafi-kaligrafi Sumantri
Melekat pada tembok
Mengalirlah kata

Maut
bergulir seperti jarum jam
Pada tepi sunyi
Pada janji-janji kisah Attar

Bintang-bintang mati
Di udara aku melayang
Tanpa pernah mendarat

Bertahun-tahun
Aku menjadi pengembala
Mencari nada
Bergabung bersama sasmita

2013.

Minggu, 04 Agustus 2013

Aku Teringat Pujangga Trakl

Seperti musim dingin
Yang menerkammu
Di kamar itu

Lidah-lidah bintang
Menjulur di atas kepalamu

Tak ada dosa, yang abadi
Tak ada puisi, yang dilupakan

Mimpi-mimpi yang jatuh
Hanyalah sebuah perumpamaan

Bau alkohol dan asap hitam
Menjadi nisan, menjadi tanah mesiu
di Grodek

Di Grodek, semua cinta mengapung
Dalam rahmat dan sasmita

Melangkahlah kau dalam hutan kudus
Dalam musim gugur abu-abu

Trakl, di Grodek

Tak ada puisi, yang dilupakan

2013.


Jumat, 26 Juli 2013

Curug Cinulang

Cinulang di tengah hutan yang memanjang. Di balik bukitnya
Di antara kelokan ke kelokan yang gelap oleh belantara
Kubawa tubuhku sejauh ini. Menaiki tangga-tangganya
Yang bertekstur kasar dan tempias angin Cinulang menandai
Jejakku di tanahmu. Kusapa, batu-batunya yang kekal
Yang saban hari dijilati mata airmu

Di jembatan bambu yang dililit akar-akar tua
Langkahku ditemani langit biru, rerentuhan pelangi
Yang tiba-tib amembentang dan menyelinap di dinding-
Dinding pusat air. Seperti menandakan kelahiran dan juga
Kematian

Sedangkan tubuhku terus memberat di ambang jurang
Gemuruh air dan tebing-tebingnya yang menyembunyikan
Suara gaib. Aku tak bisa memahami batu-batu yang bertumpuk
Di puncaknya,bunyi-bunyian aneh yang menggema dari kejauhan
Bahkan terowongan goa itu entah menuju kemana


2011.
Bersama penyair Acep Zamzam Noor, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.  Pada perhelatan Hari Puisi Indonesia yang pertama, tahun 2013.

Kamis, 06 Juni 2013

Review Film: Laura dan Marsha

Perjalanan Cinta Ke Verona

Oleh Rendy Jean Satria



"Yang terindah adalah ketika menemukan
pengalaman luar biasa di tempat-tempat
yang baru, itu mukjizat"
Paul Verlaine, penyair klasik Perancis



Perjalanan itu ibarat sebuah pelepasan hasrat dan beban ketika di saat apa yang kita miliki hilang, di saat apa yang selama ini kita rasakan tiba-tiba tidak bisa kita rasakan, di saat apa yang kita miliki tak lagi menjadi hangat. Bagi sebagian masyarakat modern, perjalanan ke tempat-tempat baru sesuatu yang harus dilakukan. Mungkin di tempat yang baru itulah, energi-energi baru akan tumbuh, suasana-suasana baru akan menjadi semacam pencerahan. Pemikir besar Jerman Nietsczhe, pernah mengungkapkan sesuatu yang sangat indah, tentang perjalanan "Hai, kehidupan baru, aku temui dirimu di sudut-sudut yang tak pernah kujejaki. Aku datang dan mencium bau tanahmu" Ini mungkin yang mengilhami sutradara Dinna Jassanti untuk membuat film Laura dan Marsha Dua Cerita, Satu Perjalanan  yang diproduksi oleh Inno Maleo Films (2013). Dibintangi oleh aktris perempuan energik nan eksotis seperti Prisia Nasution (Laura) dan Adinia Wirasti (Marsha) yang sangat total bermain di film ini.

Dua karakter yang berbeda. Dua pandang yang berbeda. Dua ambisi yang berbeda. Yang satu mempunyai sifat puitis (Laura) dan yang satu mempunyai sifat emosional yang tak stabil, lagi kusut (Marsha). Film ini sulit ditebak alur ceritanya dan banyak kemungkinan-kemungkinan penonton menebak-nebak peta cerita di film ini. Laura adalah biro agen perjalanan yang hidupnya lurus dan disiplin. Hari-harinya diisi dengan kerja dan mengasuh anak semata wayangnya Luna. Marsha adalah seorang penulis travelling yang laku hidupnya nyentrik, perokok dan cuek. Di suatu waktu Marsha mengajak Laura untuk jalan-jalan ke eropa. Bukan tanpa alasan, Marsha mengajak Laura berlibur ke eropa.  Inilah fase dimana mereka berdua, menjadi diri mereka sesungguhnya. Lepas dan bebas dari rutinitas kaum urban.  Laura yang baru saja ditinggal pergi oleh suaminya dan Marsha yang mau merayakan tahun ke dua ibunya yang meninggal dunia, dengan cara berlibur ke eropa. Laura akhinya mengiyakan untuk berlibur ke eropa bersama Marsha. Tapi dengan satu syarat, yaitu semua biaya ditanggung masing-masing. Amsterdam, Innsbruck, Bruhl, Verona, Venice adalah kota-kota puitis sekaligus legendaris yang mereka kunjungi. Tapi Marsha melanggar syarat itu. Laura seketika menjadi pengasuh "biaya dadakan" buat Marsha. Marsa tersenyum. Laura cemberut.

Di tengah perjalanan kekacauan terjadi. Inilah bagian penting dalam film ini. Estetika dalam film ini mulai tersirat. Tanpa harus diduga-duga siapa yang salah, siapa yang benar. Semua menjadi jelas, ketika mereka saling jelek menjelekan satu sama lain karena tidak adanya keterbukaan diri di antara mereka tentang maksud dan tujuan ke eropa. Laura ternyata punya maksud tersendiri untuk pergi ke eropa, tanpa Marsha tahu. Laura ternyata masih menyimpan perasaan setia dan cinta kepada suaminya yang ternyata menetap di Verona. Semua menjadi terbaca pada adegan itu. Perjalanan mereka ke eropa pada akhirnya terbuka yaitu satu menuju suami Laura untuk meminta penjelasan tentang kepergiannya meninggalkan Laura dan Luna. Marsha adalah simbol sahabat sejati di saat genting. Laura adalah subjek dari maksud dan tujuan mereka ke eropa. Dua silang yang bertemu atas nama filsafat cinta. Cinta pada kesetiaan. Cinta pada suatu waktu yang lampau. Pelukan dan ciuman, dari pasangan kekasih menjadi sesuatu yang sulit dilupakan. Pada akhirnya Laura harus berani mengetuk pintu rumah sang suami di Verona. Uh......sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dibalik pintu itu.

Kegilaan-kegilaan mereka saat perjalanan, dan menetap di kota-kota kecil di eropa, mereka lalui dengan tidak cuma-cuma. Kadang mereka berdua menjadi maling untuk mengganjal perut, kadang mereka dikejar-kejar polisi rahasia pemeriksa visa dan passpord bagi warga asing yang tidak mempunyai passpord. Dialog-dialog puitis yang penuh suspense, rupanya juga menambah film Laura dan Marsha menjadi bermutu dan kuat. Penulis skenario Titien Watimena sadar betul sebagai penulis ia harus pandai-pandai membuat dialog di film perjalanan ini, agar dialog-dialog imajinernya tidak menjadi kering dan hambar. Titien Watimena, mempunyai nyawa di film ini, naskahnya di film ini adalah naskah hidup. Naskah yang dihidupi oleh suasana legendaris kota-kota klasik di eropa. Sekali lagi, film Laura dan Marsa berlangsung dramatis, hingar bingar, ssekaligus unyi, sepi dan romantis. Romantsinya kota-kota di eropa seperti Verona, tergambarkan dengan puitis oleh sinematografi Roy Lolang yang mumpuni dan handal.

Ranting untuk film Laura dan Marsha:
8 Bintang (dari 1 sampai 10)




Rabu, 01 Mei 2013

Milad Pesantren Al-Falah Ke-43

Dalam rangka Milad Pesantren Al-Falah yang ke 43

Menyelenggarakan:

Diskusi Buku Puisi Dari Kota Lama, 

karya Rendy Jean Satria (Alumni Pesantren Al-Falah 2 Nagreg Thn 2007)
Di Pondok Pesantren Al-Quran Al-Falah 2 Nagreg
Kamis, 2 Mei 2013, Pukul 09.00 WIB sd Selesai

Pembicara: 

- Ustadz Yuyun Wahyudin (Dosen STAI Al-Falah, Guru MA Al-Falah 2 dan Penulis) 

- Bode Riswandi (Dosen Bahasa Indonesia Unsil Tasikmalaya, Penyair dan Cerpenis) 



Rabu, 17 April 2013

Launching Buku Puisi Rendy Jean Satria (2013)


DISKUSI DAN LAUNCHING BUKU PUISI 
DARI KOTA LAMA
Oleh RENDY JEAN SATRIA


 

Pengajian Sastra Majlis Sasta Bandung (MSB) #53, menggelar diskusi buku puisi 
Rendy Jean Satria "Dari Kota Lama". 


Pembicara: Prof. Jakob Sumarjdo (Budayawan) dan Ahda Imran (Penyair dan Esais), 

moderator oleh Peri Sandi Huizche, (aktor dan penulis puisi esai)



Minggu, 28 April 2013 (Hari Sastra Indonesia), pukul 14.00 sd selesai 

di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung