Cinulang di tengah hutan yang memanjang. Di balik bukitnya
Di antara kelokan ke kelokan yang gelap oleh belantara
Kubawa tubuhku sejauh ini. Menaiki tangga-tangganya
Yang bertekstur kasar dan tempias angin Cinulang menandai
Jejakku di tanahmu. Kusapa, batu-batunya yang kekal
Yang saban hari dijilati mata airmu
Di jembatan bambu yang dililit akar-akar tua
Langkahku ditemani langit biru, rerentuhan pelangi
Yang tiba-tib amembentang dan menyelinap di dinding-
Dinding pusat air. Seperti menandakan kelahiran dan juga
Kematian
Sedangkan tubuhku terus memberat di ambang jurang
Gemuruh air dan tebing-tebingnya yang menyembunyikan
Suara gaib. Aku tak bisa memahami batu-batu yang bertumpuk
Di puncaknya,bunyi-bunyian aneh yang menggema dari kejauhan
Bahkan terowongan goa itu entah menuju kemana
2011.
Kubawa tubuhku sejauh ini. Menaiki tangga-tangganya
Yang bertekstur kasar dan tempias angin Cinulang menandai
Jejakku di tanahmu. Kusapa, batu-batunya yang kekal
Yang saban hari dijilati mata airmu
Di jembatan bambu yang dililit akar-akar tua
Langkahku ditemani langit biru, rerentuhan pelangi
Yang tiba-tib amembentang dan menyelinap di dinding-
Dinding pusat air. Seperti menandakan kelahiran dan juga
Kematian
Sedangkan tubuhku terus memberat di ambang jurang
Gemuruh air dan tebing-tebingnya yang menyembunyikan
Suara gaib. Aku tak bisa memahami batu-batu yang bertumpuk
Di puncaknya,bunyi-bunyian aneh yang menggema dari kejauhan
Bahkan terowongan goa itu entah menuju kemana
2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar