Oleh: Yuyun Wahyudin
(Guru MA Al-Falah dan Penulis Buku
Biografi Best Seller KH. Ahmad Syahid)
lautan rindu
debar di akhir pekan
suluk pujangga
Haiku Yuyun Wahyudin buat RJS
Sejatinya. pagi ini saya
hadir bersama dengan RJS (Rendy Jean Satria) di halaqah ini untuk saling
menyapa, membesarkan anak-anak yang
lahir dari pikiran dan rasa yang kami miliki, anak-anak yang kami sebut dengan
puisi. namun kehendak Tuhan berkata lain, saat ini kami tidak bisa bersua. salam
silaturahmi selalu
Rendy Jean Satria adalah santri
khowariqul adat, santri yang berbeda dengan style santri di zamannya, ia
nyeleneh, mungkin banyak orang yang
tidak permisif dengan prilakunya, itu
kesan pertama yang dapat saya baca (sebagai guru) mengenai dia. Hal itu tercermin dari
kesukaanya untuk membaca karya sastra bahkan filsafat yang tidak lazim bagi
santri pada waktu itu, namun justru hal
inilah yang telah mendorongnya aktif menulis puisi sehingga namanya pantas
untuk disebut sebagai penyair.
Sekarang, pada kebanyakan
atau setiap puisinya RJS mencoba memberikan magnit profetis transendental
semacam nilai nilai ukhrowy dan ilahiyah, tidak profan semata seperti tercermin
dalam beberapa puisi berikut ini
Cipicung Malam Hari, Putaran Tasbih, Keiklasan Tak Berwaktu, Sembahyang, Malam
Isbat, dan Tujuh Mata Air , terasa sekali nilai spiritualnya, bahkan sebagai penikmat puisi saya menangkap
aroma yang sama ada pada puisi Pada Debar Akhir Pekan itu sendiri. meskipun
setiap pembaca punya kebebasan untuk menafsir apa yang ada di balik puisi
ini;
".....Katakanlah, tidak ada yang bisa melindungi
Kesepian sepasang
kekasih, selain bertemunya
Dua wajah yang saling
mencintai
Di ambang debar dan tubuh
yang dingin
Mungkin banyak orang
menduga RJS sedang menceritakan pengalamannya, hatinya selalu berdebar diakhir
pekan manakala janjian untuk bertemu kekasih pujaannya, ada semacam dag dig dug di jantungnya.
Intinya obat kesepian adalah pertemuan dengan sang kekasih, dan selalu ada debar disampingnya. Namun
demikian pembaca lainnya bisa saja memberikan tafsiran yang berbeda
RJS telah sukses menjadi
penyair, tapi tidak dengan urusan
cintanya, ia banyak menemukan gelombang bahkan karang, hingga cintanya terkapar di tepi pantai
kesepian.... maka satu satunya jalan adalah menyandarkan cintanya pada sumber
Cinta yaitu tuhan, dengan cara mendekat-Nya setiap saat berbisik munajat
pada-Nya untuk menghilangkan segala
ketakutan ia alihkan cintanya yang profan menjadi transendental, seperti terasa pada bait bait puisi
berikutnya
"Pertemuan menjadi
alasan terbaik
Untuk menampung ketakutan
Sebelum langit menjadi
hambar
Dan jarak kian lebar
Kuletakan harapanku di
bibirmu
Menggali ruang, membukakan jendela
Meresap dalam menit dan
jam"
terakhir, saya sampaikan selamat menikmati sajian kata
kata, semoga penuh kebermaknaan dan semoga sang penyair segera menemukan pelabuhan
cintanya.
Nagreg, 03 Maret 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar