TIBA-TIBA KUINGAT TASIK
Buat Acep Zamzam Noor
Tasik
yang jauh, kelokan-kelokan
Dan
senja yang sederhana. Bukit-bukit
Seperti
jejak yang samar bagi seorang penyair
Hujan
tak turun hari ini di kotamu, juga anak-anak
Yang
bermain di sawah. Hanya ada pemburu
Air
wudu. Hanya ada jejak waktu
Di
balik awan kuamini nubuat ini
Perjalanan yang
berkelok. Melawan
angin
Dari
timur. Menyaksikan
gadis-gadis Priangan
Wajahnya
yang coklat. Cara
berjalannya
Serupa
metafora yang tanggung
Tasik
yang jauh, seratus talkin yang kutakbirkan
Di sela
adzan yang menyelinap lewat lubang angin
Puisiku
seperti deru. Barangkali aku tetap menunggu
Sebagai
peniup kata-kata
di kotamu. Yang
kadang
Hadir
bersama debu. Kadang juga menyamar
Sebagai
bayang-bayang
2011.
*puisi saya
ini dimuat di H.U Pikiran Rakyat 2011
CIRAHONG
Pergantian
musim
Kupahami
seluruh ingatan
Yang
itu-itu juga
Suara-suara
aneh
Dalam
hati. Gerak awan
Yang
melingkari tubuhku
Dan
dinding hutan tanpa nama
Yang
dibelah oleh sungai
Yang
berwarna kekuning- kuningan
Pergantian
musim ini
Aku
berjalan menujumu
Di atas
rel kereta yang terapung
Di antara
dua bukit kembar
Seluruh
ingatanku berlepasan
Kubayangkan
sebuah lembah
Yang
jauh dan kebahagian
Sebagai
seorang pelancong
Yang
sudah lama
Berenang
dalam kata
Dan
merenung bak filsuf
2011.
JEMBATAN PANJANG CISARUNI
Bahkan
di situ, di jembatan panjang
Seorang telah sampai padamu
Membawa
kotak hitam yang berisi
Kecemasan
Retakan-retakan
jembatannya yang sudah
Lama berlumut kusinggahi
seperti
Menziarahi masa lalu dan masa
depan
Kutemukan
serpihan ruang
Di bawah sungai yang
mengalir
Di air terjunnya yang
mengendap-ngendap
Di bawah tanah
Kusimpan
segala percakapan demi percakapan
Ketegangan demi ketegangan
Di atas jembatan, di bawah langit merah
Mungkin
akan sampai seseorang di tanahmu
Membawa kotak hitam yang berisi
kecemasan
2011.
Hening
CINEAM
Masihkah
kau ingat ikan-ikan
Yang
menerjemahkan bahasa air
Di
kolammu atau burung-burung
Yang
singgah dan pergi
Seperti
kesedihan
Kusapa
kegelisahan yang mencekam!
Di
antara bukit-bukit dan kebun salak
Mengamini
gerak kabut, lanskap pedesaan
Dan
wajah gunung yang terapit
Di
langgar-langgarnya tak kutemukan
Kegaduhan.
Kesepianku menyusut
Bersama
hutan dan jalanan yang bebatuan
Bersama
bait-bait alfiyah yang menggema
Kutarik
tubuhku dari keramaian
Dan
masuk ke dalam peristiwa paling
2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar