Rabu, 08 Agustus 2018

Puisi Tentang Tasikmalaya

(Puisi Rendy Jean Satria)

TIBA-TIBA KUINGAT TASIK

                                        

                                Buat Acep Zamzam Noor


Tasik yang jauh, kelokan-kelokan
Dan senja yang sederhana. Bukit-bukit
Seperti jejak yang samar bagi seorang penyair
Hujan tak turun hari ini di kotamu, juga anak-anak
Yang bermain di sawah. Hanya ada pemburu
Air wudu. Hanya ada jejak waktu

Di balik awan kuamini nubuat ini
Perjalanan yang berkelokMelawan angin
Dari timurMenyaksikan gadis-gadis Priangan
Wajahnya yang coklat. Cara berjalannya
Serupa metafora yang tanggung

Tasik yang jauh, seratus talkin yang kutakbirkan
Di sela adzan yang menyelinap lewat lubang angin
Puisiku seperti deru. Barangkali aku tetap menunggu
Sebagai peniup kata-kata di kotamu. Yang kadang
Hadir bersama debu. Kadang juga menyamar
Sebagai bayang-bayang

2011.

*puisi saya ini dimuat di H.U Pikiran Rakyat 2011



CIRAHONG


Pergantian musim

Kupahami seluruh  ingatan
Yang itu-itu juga

Suara-suara aneh
Dalam hati. Gerak awan
Yang melingkari tubuhku

Dan dinding hutan tanpa nama
Yang dibelah oleh sungai
Yang berwarna kekuning- kuningan

Pergantian musim ini
Aku berjalan menujumu
Di atas rel kereta yang terapung
Di antara dua bukit kembar

Seluruh ingatanku berlepasan
Kubayangkan sebuah lembah
Yang jauh dan kebahagian
Sebagai seorang pelancong

Yang sudah lama
Berenang dalam kata
Dan merenung bak filsuf

2011.



JEMBATAN PANJANG CISARUNI


Bahkan di situ, di jembatan panjang
Seorang telah sampai padamu

Membawa kotak hitam yang berisi
Kecemasan

Retakan-retakan jembatannya yang sudah
Lama berlumut kusinggahi seperti
Menziarahi masa lalu dan masa depan

Kutemukan serpihan ruang
Di bawah sungai yang mengalir
Di air terjunnya yang mengendap-ngendap
Di bawah tanah

Kusimpan segala percakapan demi percakapan
Ketegangan demi ketegangan
Di atas jembatandi bawah langit merah

Mungkin akan sampai seseorang di tanahmu
Membawa kotak hitam yang berisi kecemasan


2011.



CINEAM


Masihkah kau ingat ikan-ikan
Yang menerjemahkan bahasa air
Di kolammu atau burung-burung
Yang singgah dan pergi
Seperti kesedihan

Kusapa kegelisahan yang mencekam!
Di antara bukit-bukit dan kebun salak
Mengamini gerak kabut, lanskap pedesaan
Dan wajah gunung yang terapit

Di langgar-langgarnya tak kutemukan
Kegaduhan. Kesepianku menyusut
Bersama hutan dan  jalanan yang bebatuan

Bersama bait-bait alfiyah yang menggema
Kutarik tubuhku dari keramaian

Dan masuk ke dalam peristiwa paling
Hening



2011.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar