Kejujuran Versus Idealisme
Oleh Rendy Jean Satria
"Selamat datang kebenaran
selamat
pergi kepalsuan"
Allen Ginsberg,Penyair Amerika
![]() |
Add caption |
Film ini bercerita tentang Yan (Alex
Komang) pejabat pemerintah yang mempunyai prinsip kejujuran dalam dirinya,
menolak disuap, menolak untuk melakukan korupsi, dan tetap menjalankan hidup yang
sederhana, Yan mempunyai Istri bernama Ratna (Nungki Kusumastuti), seorang
dosen filsafat yang mempunyai pandangan teoritis, tentang salah dan benar, yang
mempelajari ilmu etika, ilmu epistomologi dan ilmu logika. Yan dan Ratna,
memiliki tiga orang anak; Firman (Teuku Rifnu Wikana), Satria (Fauzi Baadila), dan
Dian (Adinia Wirasti), yang ketiga anaknya tersebut mempunyai kompleksitas
permasalahan yang berbeda-beda, tapi mempunyai satu keterkaitan yang kelak akan
merubah kehangatan di dalam keluarga mereka. Kemunculan Hasan (Ibnu Jamil) yang
menjadi kekasih Dian, adalah jawaban pertama tentang kehancuran keluarga ini
dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran dan keterbukaan. Seketika suasana
menjadi suram dan gelap. Kontruksi nilai-nilai kejujuran tiba-tiba menjadi
hancur dan menjadi sampah
Film ini, begitu sederhana sekaligus
filosofis, kita tidak perlu mengerenyitikan mata kita saat menyaksikan film
ini. Dari awal sampai akhir, film Sebelum Pagi Terulang Kembali, begitu
berjalan secara realis dengan plot cerita yang begitu rapi dan hati-hati. M.
Abduh Aziz, produser sekaligus konseptor ide cerita tersebut, paham betul dan
sadar betul, bahwa film ini harus bisa menjadi mercusuar pencerahan bagi
masyarakat Indonesia, untuk segera menghentikan gejala-gejala korupsi di
lingkungan terdekat kita, terutama di dalam keluarga kita. Bahwasannya segala
macam aktifitas konsumerisme dan materalisme hanya berakhir pada kejatuhan.
Tema keluarga dalam film ini, begitu sangat dinamis dan bernas. Nilai-nilai
kejujuran Yan sebagai kepala keluarga, bertabrakan dan pecah begitu saja,
ketika Yan harus berhadapan dengan pandangan individualisme dan idealisme
anak-anaknya. Ratna, sang istri, kemudian menjadi absurd di film ini, sebagai
dosen filsafat, yang saban hari bergelut dengan rumusan ilmu-ilmu logika, dan
ilmu-ilmu etika, tidak bisa berbuat banyak ketika pandangan filsafatnya hanya
menjadi penonton ketika anaknya Firman (Teuku Rifnu Wikana) dan Satria
(Fauzi Baadillah) tertangkap KPK. Well, Film Sebelum Pagi Terulang
Kembali, harus menjadi fenomena awal dalam industri perfilman kita, agar
bahwasannya media film, harus menjadi bagian inti, bagian garda depan, dalam
menyuarakan gerakan anti korupsi!