Jumat, 26 Juli 2013

Curug Cinulang

Cinulang di tengah hutan yang memanjang. Di balik bukitnya
Di antara kelokan ke kelokan yang gelap oleh belantara
Kubawa tubuhku sejauh ini. Menaiki tangga-tangganya
Yang bertekstur kasar dan tempias angin Cinulang menandai
Jejakku di tanahmu. Kusapa, batu-batunya yang kekal
Yang saban hari dijilati mata airmu

Di jembatan bambu yang dililit akar-akar tua
Langkahku ditemani langit biru, rerentuhan pelangi
Yang tiba-tib amembentang dan menyelinap di dinding-
Dinding pusat air. Seperti menandakan kelahiran dan juga
Kematian

Sedangkan tubuhku terus memberat di ambang jurang
Gemuruh air dan tebing-tebingnya yang menyembunyikan
Suara gaib. Aku tak bisa memahami batu-batu yang bertumpuk
Di puncaknya,bunyi-bunyian aneh yang menggema dari kejauhan
Bahkan terowongan goa itu entah menuju kemana


2011.
Bersama penyair Acep Zamzam Noor, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.  Pada perhelatan Hari Puisi Indonesia yang pertama, tahun 2013.