Kamis, 08 Desember 2011

Di Sepanjang Sukamanah

(Puisi, Juara di Universitas Siliwangi, Tasikmalaya)


                                                      Pada K.H Zaenal Mustofa

-nama-nama baru terus bermunculan
menggantikan para pendahulu
tapi namamu terpahatkan bersama waktu
bersama kerinduan-

sepanjang jalan menujumu
bukit-bukit bertumpuk di antara
kelokan ke kelokan, udara yang dingin
rumpun bambu dan hamparan sawah

serta wajahmu yang terpahat di pundak
awan. Aku pun, membacakan kalimat-kalimat
yang senantiasa di pahami para penziarah
agar setiap doa-doa menumbuhkan
kekudusan dalam dirimu

adalah waktu yang membuatmu
tertimbun dalam pengasingan yang panjang
dalam hari-hari bisu
dalam tahun-tahun genting

Oktober 1944
ada darah mengalir di situ,
di sana kulihat tubuhmu ditarik
dan diberondong rentetan lengking
peluru

seketika langit menjadi pupus
dan terkoyak, airmata tumpah menjadi
serdadu-serdadu, hatiku meleleh,
bersama nyeri

kunyalakan obor, kubangun surau baru
untukmu yang kunamakan puisi

diam-diam, aku membayangkan
wajahmu yang sedikit tirus
suaramu yang menjadi gema
serta dzikirmu yang berasal dari
langgam malam di Sukamanah

Sebagai pejalan angin yang tangguh
kau tidak mengharapkan apa-apa dari
pengembaraan ini

Sekali lagi, kisahmu
menyimpan oase ke ma’rifatan
dan menyimpan getar pada jalan
kepenyairanku kelak

Sebab kisahmu, bukanlah sebuah metafor
nukilan-nukilan, atau seperti kisah daun-daun
yang kering bertumpuk Lalu di lupakan

2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar