Kamis, 15 Desember 2011

Antologi Puisi Hysteria, Beternak Penyair

Antologi Puisi Hysteria Periode 2008-2010, "Beternak Penyair", sebuah buku antologi puisi bersama para penyair muda Indonesia. 

Diterbitkan oleh Komunitas Hysteria Semarang, Periode 2008-2011, terbit pada Desember 2011
 Beberapa penyair yang berkontribusi dalam buku tersebut, dapat dilihat di sini.

Kamis, 08 Desember 2011

Di Sepanjang Sukamanah

(Puisi, Juara di Universitas Siliwangi, Tasikmalaya)


                                                      Pada K.H Zaenal Mustofa

-nama-nama baru terus bermunculan
menggantikan para pendahulu
tapi namamu terpahatkan bersama waktu
bersama kerinduan-

sepanjang jalan menujumu
bukit-bukit bertumpuk di antara
kelokan ke kelokan, udara yang dingin
rumpun bambu dan hamparan sawah

serta wajahmu yang terpahat di pundak
awan. Aku pun, membacakan kalimat-kalimat
yang senantiasa di pahami para penziarah
agar setiap doa-doa menumbuhkan
kekudusan dalam dirimu

adalah waktu yang membuatmu
tertimbun dalam pengasingan yang panjang
dalam hari-hari bisu
dalam tahun-tahun genting

Oktober 1944
ada darah mengalir di situ,
di sana kulihat tubuhmu ditarik
dan diberondong rentetan lengking
peluru

seketika langit menjadi pupus
dan terkoyak, airmata tumpah menjadi
serdadu-serdadu, hatiku meleleh,
bersama nyeri

kunyalakan obor, kubangun surau baru
untukmu yang kunamakan puisi

diam-diam, aku membayangkan
wajahmu yang sedikit tirus
suaramu yang menjadi gema
serta dzikirmu yang berasal dari
langgam malam di Sukamanah

Sebagai pejalan angin yang tangguh
kau tidak mengharapkan apa-apa dari
pengembaraan ini

Sekali lagi, kisahmu
menyimpan oase ke ma’rifatan
dan menyimpan getar pada jalan
kepenyairanku kelak

Sebab kisahmu, bukanlah sebuah metafor
nukilan-nukilan, atau seperti kisah daun-daun
yang kering bertumpuk Lalu di lupakan

2011.

Senin, 07 November 2011

Antologi Puisi "Beternak Penyair"

Nama penyair berikut judul puisi untuk antologi "BETERNAK PENYAIR" kerjasama HYSTERIA,SEMARANG dengan Dekase 



1. IRIANTO IBRAHIM
 Reportase Kematian
Tentang Perjalanan 

2. ROMI ZARMAN
Sebelum Kupu-Kupu
Surat Attar

3. SEMMI IKRA ANGGARA
 Beternak Penyair

 4. RAGIL SUPRIYATNO SAMID
 Maghrib
Doa

5. KEDUNG DARMA ROMANSHA
 Panggung Lelucon
Mengukur Bayang

6. A. MUTTAQIN
Padi
Petani


7. RENDY JEAN SATRIA
 Pagi Hari Dan Sepotong Kue
Kepada Rebana Adawiyah


8. ARDY KRESNA CRENATA 
wajahmu di mataku
menyimpan kembali wajahmu


9. SYAIFUDDIN GANI 
 Di Padang Konda
Mawar Kuning Untuk Ibu

 10. ROZI KEMBARA 
Malam Ini Matamu Mengepulkan Bau Peperangan
Ode Dari Kolong Langit


11. YOPI SETIA UMBARA 


Sajak untuk Lembang
Pada Sebuah Petang


12. ABDUL ROCHIM S


Benalu


13. MUJI SASMITO


Mendung Pagi


14. GURI RIDOLA


Berjuang Mengingat


15. JENNY RAHMAT TAUFIKA


Tunggu Aku Bicara


16. NWU GABRIEL GENESIS


Telapak & Anjing 3



17. ARIF FITRA KURNIAWAN


Pengemis
Siklus Rasa Lapar


18. DONY P. HERWANTO


Kutulis Puisi di Hari Ulang Tahunmu
Perjumpaan


19. GANZ PECANDUKATA


Tentang Jendela Dan Debu
Tentang Pohon Jambu Di Teras Rumah


20. PRINGADI ABDI SURYA 


Hujan, Sampaikan Padanya
Ramalan Cuaca


21. Ryan Rachman


Gunting
Penyair dan Akuarium


22. ULLYL CH


eksotika malam


23. FAISAL SYAHREZA


Surat Kenduri
Kampung Halaman


24. M. RIF’AN FAJRIN


Memahami Mimpi-mimpi


25. ESHA TEGAR PUTRA


Roti Gandum dan Coklat Panas
Belajar Pulang


26. IBRAHIM BRA


Pintu belakang



27. PUTRI NARITA PANGESTUTI 


Carut Marut


28. FAIS TOPLES


Maulida Safia 
Sajak Pertemuan


29. GALIH PANDU ADI


Isa
Anak-anak di Petang 


30. QURANUL HIDAYAT


Bedil di Sakumu


31. Janoary M. Wibowo


Sebelum Gerbang
Pada Sebuah Belokan


32. M. ROYAN 


Bumi Khayangan


33. EL NUGRAHAENI


Di teritis rumah kulihat kau bercerita sambil menari
Sungai yang berhulu di bulan


34. SULUNG PAMANGGIH 


kerinduan yang bijaksana



35. WIDYANURI EKO PUTRA 


kamar yang begitu rapi


36. INDRIAN KOTO


Dalam Hujan
malam di semarang



37. NH TAUCHID


Menyatu



38. SONY OOS KUDUS


1 (orang)


39. GUSMEL RIYADH 


biografi rasa lapar dan foto keluargamu yang terbakar
Dua Bajingan Kecil



40. DEA ANUGRAH


Jendela-Jendela Lapuk
Sajak Perpisahan



41. SYAIFUL BAKRI


Kereta Ekonomi



42. ANNISA


Aksara Laut


43. LANGGENG PRIMA ANGGRADINTA


Empat Ribu Tujuh Ratus Dua Sajak untuk Laila
Kredo Penyair dan Sajak-sajaknya yang Mentah



44. MUSYAFAK TMUR BANUA


Tiga Sajak Risalah Bambu



45. BODE RISWANDI


Penunggang Kuda Waktu
Sepanjang Perjalanan



46. BAGUS TAUFIQURRAHMAN


Ibu kota
kau masih tidur berselimut kapur barus


47. ABDURRAHMAN MOHAMAD


Lelaki yang Datang Saat Gerimis
Perihal Rambut


48. WIKA SETYAWAN


Kepada Seorang Kawan
Aku Laut

49. EKO PUTRA


Sumur 
Barangkali Beginilah



50. SIGIT IRAWAN


Dendam Pasir Putih

51.  FITRIANI


di tepi kolam
aku kembali menemu tiang


52. Eri tanpa nada


Tanpa


53. AAN MANSYUR


Lima Sajak Kecil tentang Rindu
Obituari dan Permohonan Maaf


54. MISBAHUL MUNIR


Pada Sepotong Senja



55. ANDY SW


jangan menangis lagi ya...


56. BENO SP


dongeng
status


57. JOKO BIBIT


Banjir 1
Sejangkal Maut atawa Abimanyu Ranjap


58. SETIA NAKA ANDRIAN


pelaku jinak
kapal dan pedagang ikan



59. KURNIAWAN YUNIANTO


Memahami Sawah
Ke  Muara



60. RIDWAN MUNAWWAR

Labirin kota-kota


61. GEMA YUDHA


Kisah lebam
Babad hujan


62. YUSWINARDI


Percakapan tentang Diana krall*


63. LANANG WIBISONO


Kepada meth


 64. VIVI ANDRIANI


Akhirnya kata


65. Yudhi herwibowo


Kisah : arca-arca yang pandai menari


66. HERI MAJA KELANA


Langkah Pulang


67. MUHAMMAD AYATULLAH (MAYAT)


Rumah hening


68. Adin 


Pulang
Ziarah


69. Ibrahim Barsilai Jami


Padamu, Tuhan


70. KIDUNG PURNAMA


Pantai parmisan
Tangkuban perahu


71. YAYAN R TRIYANSAH


Sajak bulan maret 1


72. NOBINOBI


Perjalanan yang merindu


73. NANA ERES


Perempuan kedua



74. BUDI SETYAWAN


Ritmis Gerimis



75. BHREWIJAYA


Di halte
Peta


76. ERNA HERNANDIT


Pelacur matahari


77. HUDAN NUR


Matra kompleksitas


78. YP. THENDRA


Tak ada yang bersalin
Kepada A

Jumat, 02 September 2011

Nagreg dan Seribu Kunang-Kunang





Jalan lurus itu kini ditumbuhi beberapa pohon jati
tempat dimana dulu kita pernah berjalan membawa
kitab-kitab kuning menuju langgar yang terbuat dari bambu
lahan kosong yang letaknya tidak jauh dari balong itu
kini telah rampung, di bangun semacam pendopo
untuk pembacaan barjanzi dan muhadarah. Biasanya dulu,
di tempat itu kita sering menghafal imriti, melihat ribuan kunang-
kunang dan menyalakan api unggun untuk membakar ubi-ubian
Cileumbu

Setiap malam, dari dalam kamar kita selalu saja mendengar
bunyi kereta api melintas dengan tergesa-gesa membawa beban
muatan, berbarengan dengan para thaqosus menghafal bait-bait
merdu alfiyah, ketika kabut membisu, bunyi cengkerik dan katak
menafsirkan malam dengan caranya yang santun. Dari arah jendela
kita selalu saja menghitung kunang-kunang yang menghampiri
mungkinkah kunang-kunang itu takdir kita yang masih berwujud
samar-samar?

Di tempatmu yang teduh, sambil bersiul diam-diam, kita semakin
tersendiri, bersama obor yang kunyalakan, tatapanmu membuatku
gemetar, dan jalan setapak ini, kian menjadi epitaf bagi seribu kunang-
kunang yang muncul dan pergi. Ladang-ladang tebu itu pun, kian samar
kiasan dan juga metafor-metaforku direstui kubah masjid
di bawah langit merah dan kunang-kunang itu terus bergerak dari makam
ke makam

2011.