Oleh Rendy Jean Satria
"There are secrets in all families"
Kita perlu film dengan kualitas cerita dan
kualitas gambar yang sama-sama mumpuni. Ketika dua hal itu menjadi satu, tak
bisa tidak, film tersebut dipastikan akan menarik dan berbobot. Karya-karya film Hanung Bramantyo, selama
ini saya rasa ada pada dua hal itu. Dan
itu juga terlihat untuk film terbarunya, Hijab (Dapur Film dan Ampuh
Entertainment 2015).
Kehidupan mereka para istri, melulu
ditopang oleh penghasilan sang suami. Suami di sini, saya kira simbol
kemakmuran dan istri, sebagai simbol penerima awal dari kemakmuran itu. Tapi,
tak sampai di situ saja, kegelisahan para istri, adalah mereka ingin bekerja,
tanpa sepengetahuan suami, tanpa modal dari suami. Berawal dari kegelisahan itu.
Para istri-istri pun bekerja dengan membuka penjualan online, yang berfokus
pada penjualan hijab. Dan dari di sinilah semua konflik parodi ini bermula dan
berhasil menciptakan adegan-adegan peta umpet ala arahan Hanung. Saya rasa
mengena. Penonton pun diajak untuk cair dari
prolog sampai epilog di dalam film Hijab, karena sajiannya yang lucu dan humor.
Film ini bisa dipahami dengan baik oleh penonton.
Barangkali film Hijab ini, adalah sesuatu
yang selama ini menggelisahkan Hanung Bramantyo dan Zaskia Adya Mecca
(penggagas cerita). Hijab, di Indonesia sendiri pun, masih ambigu Antara
fashion kekinian atau faktor perintah agama.
Hanung, membaca gejala itu dengan cerdas - meskipun dalam arti yang
defensif: Hijab sebagai identitas kultural kaum muslim perempuan. Disajikan
oleh Hanung dalam bentuk komedi muslim.
Film Hijab bercerita tentang empat orang
perempuan, Sari (Zaskia Adya Mecca), Tata (Tika Bravani) Bia (Carissa Puteri) dan Anin (Natasha Rizky) dibuka
dengan teknik monolog wawancara di depan kamera, mereka bercerita tentang awal
mula mereka memakai hijab, merintis karir dan bekerja tanpa sepengetahuan
suami. Ada yang terjebak pada satu
peristiwa, ada yang menutupi rambutnya yang botak, dan ada yang tak sengaja
bertemu dengan pasangan keturunan arab yang ketat dalam berpandangan. Sari yang bersuamikan Gamal (Mike Lucock), laki-laki
keturunan arab yang apa-apa dikerjakan sang istri harus sesuai perintah agama.
Tak boleh bekerja, dan terpenjara dalam kata-kata yang ambisius dari sang
suami. Haram, haram, haram. Bia, yang
bersuamikan Matnur (Nino Fernandez) artis sinetron yang terkenal, yang
tak rela kalau sang Istri bekerja karena penghasilannya sebagai artis cukup
mampu membiayai mereka, Tata, yang bersuamikan Ujul (Ananda Omesh) fotografer jurnalistik
yang idealis dan hanya Anin, yang belum menikah dan berpacaran dengan sutradara
nyentrik Chaky (Dion Wiyoko).
Sebagai penggaggas cerita film Hijab, Zaskia Adya Mecca, seperti ingin mewakili para karakter perempuan di Indonesia yang berhijab, mengkritik tentang batasan-batasan seorang perempuan, dan menjawab kegelisahan para istri yang menjalani karirnya. Dengan kerja kreatifnya yang cerdas, berani dan nyeletuk, film ini tersampaikan dengan santai dan tidak tegang. Gambar-gambar diciptakan dengan struktur yang menarik, cerah, berwarna. Sangat estetik dan artistik.
Dan saya yang selama ini mengikuti
film-film Hanung Bramantyo, merasa terobati kerinduan saya, mengenai film-film
Hanung Bramantyo, yang penuh celetukan komedi satire, menggelitik, kembali ke
awal-awal film Hanung, seperti Jomblo (2006)
maupun Get Married (2007). Saya meyakini, Hanung dengan segala referensi
bacaan-bacaannya yang meluas, yang selama beberapa tahun terakhir film-filmnya
bernada serius, nyeleneh, kontroversi dan filosofis. Mampu kembali menghadirkan
film komedi cerdas ala Hanung, lewat Film Hijab. Awal Tahun 2015, film
Indonesia, dibuka dengan cukup mengesankan.
2015.